CACING
SCHISTOSOMA
Cacing
Schistosoma termasuk ke dalam class Trematoda dalam phylum Platyhelminthes. Pada
manusia ditemukan 3 spesies penting Schistosoma yaitu, Schistosoma japonicum,
Schistosoma mansoni dan schistosoma haematobium.
1. SCHISTOSOMA
JAPONICUM
Ini
adalah cacing yang lebih berbahaya daripada cacing schistosoma yang dikenal di
Mesir. Dan babi adalah satu-satunya binatang yang mengandung cacing ini. Cacing
ini dapat menyerang manusia apabila mereka menyentuh atau mencuci dengan air
yang mengandung larva cacing ini yang biasanya datang dari kotoran babi yang
masuk ke dalamnya. Cacing ini dapat membakar kulit manusia serta dapat
menyelinap ke dalam darah, paru, dan hati. Cacing ini berkembang sangat cepat,
dalam sehari bisa mencapai lebih dari 20000 telur, yang dapat membakar kulit,
lambung dan hati, terkadang dapat menyerang otak dan saraf tulang belakang yang
bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
v Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. japonicum
v Hospes
·
Hospes reservoir : rusa, babi hutan,
sapi, anting dan tikus sawah
·
Hospes perantara : keong air (Oncomelania
hupensis linduensis)
v Nama
Penyakit
Jika cacing ini menulari manusia, maka akan
menyebabkan penyakit schistosomosis,
skistosomiasis japonika, penyakit katayama atau penyakit demam keong yang
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar di Asia
dan Afrika.
Seseorang
yang menderita penyakit ini akan mengalami kerusakan hati, kelainan jantung,
limpa, ginjal, dan kantung kemih.
v Lingkaran
Hidup
Orang yang terinfeksi buang air kecil
atau buang air besar di air. Air kencing atau kotoran mengandung telur cacing. Telur
cacing menetas dan cacing pindah ke keong, Cacing muda pindah dari keong ke
manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau berenang di air di mana orang
yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan
terinfeksi.
Cacing
atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma)
menginfeksi dengan cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air
yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10
menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini kemudian masuk ke dalam
kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan
kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar, ke
cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah
dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih
dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan
telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah,
bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih
untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air;
dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke
tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.
v Gejala
Klinis
Kelainan
tergantung dari beratnya infeksi. Kelainan yang ditemukan pada stadium I adalah
gatal-gatal (uritikaria). Gejala intoksikasi disertai demam hepatomegali dan
eosinofilia tinggi.
Pada stadium II
ditemukan pula sindrom disentri. Pada stadium III atau stadium menahun
ditemukan sirosis hati dna splenomegali; biasanya penderita menjadi lemah
(emasiasi). Mungkin terdapat gejala saraf, gejala paru dan lain-lain.
v Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran
kira-kira 1,5 cm dan yang betina kira-kira 1,9 cm, hidupnya di vena mesenterika
superior. Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di alat-alat dalam
seperti hati, paru, dan otak.
v Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi hati dan
biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah COPT (Circumoval precipitin
test), IHT (Indirect Haemagglutation test), CFT (Complement fixation test), FAT
(Fluorescent antibody test) dan ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).
2. SCHISTOSOMA MANSONI
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. mansoni
v Hospes
Hospesnya
adalah manusia, dan hospes perantaranya adalah kera babon di Afrika
v Nama
Penyakit
Pada manusia cacing ini menyebabkan skistosomiasis usus.
v
Lingkaran
Hidup
Orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air. Air kencing atau kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing pindah ke keong, Cacing muda pindah dari keong ke manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau berenang di air di mana orang yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan terinfeksi.
Cacing
atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma)
menginfeksi dengan cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air
yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10
menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini kemudian masuk ke dalam
kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan
kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar, ke
cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah
dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih
dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan
telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah,
bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih
untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air dan
larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke tubuh
keong air dan berkembang menjadi serkaria.
v Gejala
Klinis
Kelainan dan gejala
yang ditimbulkannya kira-kira sama seperti pada S. Japonicum, akan tetapi lebih
ringan.
v Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran 1 cm, dan
cacing dewasa betina berukuran 1,4 cm. Pada cacing dewasa terdapat tonjolan
lebih kasar bila dibandingkan dengan Schistosoma japonicum dan Schistosoma haematobium
v Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi hati dan
biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah COPT (Circumoval precipitin
test), IHT (Indirect Haemagglutation test), CFT (Complement fixation test), FAT
(Fluorescent antibody test) dan ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).
3. SCHISTOSOMA
HAEMATOBIUM
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. haematobium
Hospes
Hospes definitif
adalah manusia. Baboon dan kera lain dilaporkan sebagai hospes reservoar.
v Nama
Penyakit
Cacing ini menyebabkan skistosomiasis kandung kemih
v Lingkaran
Hidup
Orang yang terinfeksi buang air kecil
atau buang air besar di air. Air kencing atau kotoran mengandung telur cacing. Telur
cacing menetas dan cacing pindah ke keong, Cacing muda pindah dari keong ke
manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau berenang di air di mana orang
yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan
terinfeksi.
Cacing
atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma)
menginfeksi dengan cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air
yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10
menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini kemudian masuk ke dalam
kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan
kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar, ke
cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah
dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih
dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan
telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah,
bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih
untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air;
dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke
tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.
v Gejala
Klinis
Penyakit ini seringkali tidak memperlihatkan
tanda-tanda awal. Di beberapa tempat tanda-tanda umum yang sering terlihat
adalah adanya darah di dalam air kencing atau kotoran. Pada wanita tanda ini
bisa juga disebabkan oleh adanya luka pada alat kelaminnya. Di daerah di mana
penyakit ini banyak terjadi, orang yang memperlihatkan sekedar gejala-gejala
yang tidak parah atau hanya sekedar sakit perut saja, patut diperiksa.
v Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm dan yang
betina kira-kira 2,0 cm. Hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena
kandung kemih.
Telur ditemukan
di urin dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rektum.
v Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi hati dan
biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah COPT (Circumoval precipitin
test), IHT (Indirect Haemagglutation test), CFT (Complement fixation test), FAT
(Fluorescent antibody test) dan ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar